KBBI


Sabtu, 10 Maret 2012

Mengenal Apa Itu Menyimak Kritis

Menyimak merupakan suatu bentuk keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif. Meskipun keterampilan bahasa jenis ini baru diakui sebagai komponen utama dalam pembelajaran berbahasa pada tahun 1970-an yang ditandai oleh munculnya teori Total Physical Response, The Natural Approach, dan Silent Period dari James Asher, tetapi dalam proses pembelajaran, keterampilan ini mendominasi  aktivitas peserta didik dibanding dengan keterampilan lainnya. Hal ini dikarenakan menyimak bukan suatu kegiatan satu arah.
         Pada umumnya menyimak kritis lebih cenderung meneliti di mana letak kekurangan , kekeliruan, ketidaktelitian  yang terdapat dalam ujaran atau pembicaraan seseorang. Memang merupakan suatu kekecualian bila seorang penyimak dapat menyimak secara objektif dan dapat menghargai suatu disertasi yang menuntut perasaan dan muncul dengan suatu kesimpulan faktual dan dapat dipercaya.
          Namun demikian, dalam masyarakat demokrasi kita, kita tetap saja dapat menemui situasi-situasi wadah para penghasut atau para demagog menyemburkan kebenaran - kebenaran semu yang seolah-seolah masih dapat dipertahankan keasliannya, fakta-fakta yang berubah-ubah, dan pendapat-pendapat yang penuh prasangka membuat para penyimaknya perlu menilai dengan teliti segala sesuatu yang diucapkan pembicara.


1.      Pengertian Menyimak

a.       Menyimak Kritis Menurut Henry Guntur Tarigan
            Menyimak Kritis (critical listening) adalah sejenis kegiatan menyimak yang berupa untuk mencari kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara dengan alasan-alasan yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat.
Menyimak kritis : Menyimak untuk menganalisis tujuan pembicara, misalnya dalam diskusi, perdebatan, percakapan, khotbah atau untuk mengetahui penyimpangan emosi, melebih-lebihkan propaganda, kejengkelan, kebingungan dan sebagainya.

Menyimak kritis adalah kegiatan menyimak yang di dalam proses yang akan diamati. Dengan kata lain, si penyimak melakukan suatu penilaian dengan cermat tentang semua yang telah dikatakan si pembicara, dalam upayanya untuk menentukan apakah informasi serta pandangan-pandangan yang dikemukakan oleh si pembicara itu terpercaya, terandalkan ataukah tidak.

2.    Tujuan Menyimak Kritis
1.    Membedakan fakta dari khayalan menurut criteria tertentu.
2.    Menentukan validitas ( keabsahan ) dan ketepatan gagasan utama, argumen – argumen, dan hipotesis.
3.    Membedakan pertanyaan – pertanyaan yang didukung dengan bukti – bukti yang tepat dari opini dan penilaian, serta mengevaluasinya.
4.    Membedakan pernyataan yang di dukung dengan bukti – bukti yangtepat dari bukti – bukti yang tidak relevan dan sekaligus mengevaluasinya.
5.    Memeriksa, membandingkan, dan mengkontraskan gagasan dan menyimpulkan pembicaraan, misalnya mengenai ketepatan dan kesesuaian suatu deskripsi.
6.    Mengevaluasi kesalahan-kesalahan, misalnya: generalisasi yang tergesa-gesa, analogi (penyesuaian) yang salah, gagal dalam menyajikan contoh.
7.    Mengenal dan menentukan pengaruh-pengaruh berbagai alat yang mungkin dipakai oleh penyampai bahan simakan (pembicara) untuk mempengaruhi pendengar, misalnya musik, kata-kata yang tidak penting, intonasi suara,dn lain sebagainya.
8.    Melacak dan mengevaluasi prasangka buruk dari pembicara atau suatu sudut pandang tertentu.
9.    Mengevaluasi kualifikasi pembicara.
10. Merencanakan evaluasi dan mencoba menerapkan suatu situasi yang baru.

3.      Tahap Menyimak Kritis
- Mendengar
- Mengenangkan
-  Memperhatikan
-  Membentuk imajinasi
-  Mencari simpanan masa laludalam gagasan
-  Membandingkan
-  Menguji isyarat-isyarat
- Mengodekan kembali
-Mendapatkan makna
- Memasukkan ke dalam pikiran di saat-saat mendengarkan atau menyimak
-  Menginterpretasikan (menafsirkan) sesuatu yang disimak
-  Menirukan dalam pikiran
- Mengevaluasi kesalahan
- Mencari kebenaran

      4.      Manfaat menyimak kritis
Kegiatan menyimak secara kritis mempunyai beberapa manfaat, seperti:
-  Terdeteksinya kesalahan atau kekeliruan dalam bahan simakan yang nantinya mendorong untuk menuju ke terbentuknya kebenaran dan keabsahan bahan simakan tersebut.
-  Mendorong seseorang (dalam hal ini seorang penyimak) untuk berpikir rasional atau kritis menggunakan akal sehat.
- Terbuktinya sebuah fakta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar